A.
Gambaran
Umum Pemasaran Sosial
Dua aspek penting yang menarik dari
ungkapan Les Robinson yang terkenal lewat teori social marketing “the seven
door approach”, yaitu perkembangan masyarakat (community development) dan
pendidikan (education).Social marketing memang bukan sekedar memasarkan sebuah
gagasan untuk tujuan non-profit.Social marketing atau pemasaran social pada
intinya adalah upaya mengubah pandangan dan prilaku masyarakat melalui
perubahan social. Cara yang dipandang paling tepat untuk melakukannya menurut
Les Robinson adalah melaui pendidikan
Tak dapat dipungkiri, ketika berbicara
tentang perubahan social, maka taka da resep generic dan jitu! Namun, mengubah
pandangan dan perilaku masyarakat bukanlah sesuatu yang tak mungkin
dilakukan.Ini pun bukan urusan sehri-dua hari.Jadi, perlu waktu, perlu
strategi, perlu keterampilan dan tentu saja “gagasan” brulian untuk
“dijual”.Social marketing sudah lama dikenal di dunia dan diterapkan dalam
“menjual” gagasan untuk mengubah pemikiran, sikan dan prilaku masyarakat. Tak
hanya itu, strategi ini juga terbukti dapat memberdayakan organisasi dalam
memperoleh dukungan termasuk sumber dana yang potensial dan masyarakat secara
luas.
Menurut Prof. Dr. Emil Salim, Guru
Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang juga mantan Mentri Lingkungna
Hidup, organisasi nirlaba memainkan peran penting dalam merubah perilakudan
pandangan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, antara lain:
·
Trust terhadap pemerintah dan pengusaha
menurut karena nasib rakyat kerap kali terabaikan;
·
Pembangunan terasa timpang karena lebih berat
kepada pertambangan ekonomi dibandingkan dengan kesetataan social dan
lingkungan hidup;
·
Tekhnologi informasi menumbuhkan daya kritis
dan hubungan jejaring antarkelompok madani.
Beberapa faktor ini memang semestinya
mendorong organisasi nirlaba untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan-gagasan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat menggunakan strategi social marketing, secara baik dan tepat.
“Dibidani” pertama kali oleh ahli
pemasaran dunia ditahun 70-an, Philip Kotler dan Gerald Zaltman, istilah
“social marketing” memiliki makna yang tak jauh dari arti kata “pemasaran”
dalam dunia bisnis itu sendiri.Social marketing mengacu pada peranan strategi pemasaran
dalam memecahkan masalah social dan kesehatan masyarakat, pada awalnya. Dalam
kenyataan, tekhnik dan strategi pemasaran secara luas bisa telah berhasil
mendorong masyarakat untuk membeli sebuah produk, sehingga secara teori para
ahli melihat teknik-teknik menjual semacam itu juga bisa diadaptasi untuk
“menjual” gagasan dan perilaku dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Selama ini, berbagai masalah social
dan kesehatan dipicu oleh prilaku tertentu.Sebagai contoh penyebaran HIV-AIDS,
kecelakaan lalulintas atau kehamilan yang tidak diinginkan sangat terkait
dengan prilaku dan pandangan yang perlu diubah.Masalah-masalah kesehatan
sendiri memang memiliki dimensi social, sekaligus individual.Sebagai contoh,
hasil penelitian yang pernah dilakukan di Inggris memperlihatkan, kemiskinan
merupakan indicator yang bersifat konsisten dan dasar dari sehat tidaknya
masyarakat di Inggris. Kurangnya kesempatan, pilihan dan pemberdayaan memicu
sulitnya masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Disini, social marketing
menawarkan sebuah solusi dengan mempengaruhi perilaku, tak hanya warga Negara
secara individu, namun juga kelomok masyarakat yang berpengaruh dan pembuat
kebijakan.Para pelaku pemasaran social, bisa menyasar pada media,
organisasi-organisasi dan pengyusun kebijakan dan peraturan.
Social marketing sebagaimana pemasaran
secara generic bukanlah teori yang berdiri sendiri. Pemasaran social merupakan
sebuah kerangka atau struktur kerja yang tersusun atas berbagai pengetahuan
lain seperti teori psikologi, sosiologi, antropologi dan ilmu komunikasi dalam
rangka memahami caramempengaruhi perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dasar
marketing bisnis, pemasaran social didasarkan pada proses perencanaan logis
yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen, analisis pemasaran,
segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifikasi strategi dan taktik
pemasaran. Meskipun begitu, seperti diungkapkan Kotler maupun Zaltman,
penerapan pemasaran social jauh lebih sulitdibandingkan pemasaran bisnis.
Pemasaran social dipengaruhi oleh
perilaku interaktif yang terus berubah, edalam iklim ekonomi, social dan
politik yang kompleks. Apabila pemasaran bisnis menyasar tujuan utama untuk
mempertemukan target para pemegang saham, social marketing menargetkan keinginan
masyarakat untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup mereka.
Perjalanan berkembang social marketing sendiri pada dasarnya terjadi paralel
dengan perkembangan bidang pemasaran komersial. Selama akhir tahun 50-an dan
awal tahun 60-an, para ahli dan pendidik pemasaran telah membahas potensi dan
keterbatasan prektik pemasaran social pada bidang yang baru seperti politik dan
social. Sebagai contoh, Wiebe (seorang ahli pemasaran) pernah mempertanyakan,
apakah “rasa persaudaraan dapat “dijual” seperti memasarkan sabun?”.
Sebagaimana fenomena berbagai masalah
social dan berbagai solusi yang diambil, salah satu jalan keluar menuju
pemahaman dan penerapan strategi social marketing adalah melalui pendidikan,
semisal pelatihan atau lokakarya (Les Robinson, 1992).Bagaimana pun mandidik
tidaklah mudah. Pendidikan sendiri sebenarnya bukan bertujuan membuat
“pembelajar menjadi tahu lebih banyak”, melainkan membuat pembelajaran
“mengubah cara mereka melakukan sesuatu”. Tentu ini bukan perkara mudah!
Mengubah perilaku manusia memang selalu menjadi sebuah kegiatan yang paling
problematis dalam hubungan antarmanusia.Untuk dapat mengubah prilaku manusia,
tidak hanya dibutuhkan strategi periklanan atau kehumasan (Public relation).
Mengubah prilaku dan pandangan manusia
tidaklah seperti merenovasi konstruksi bangunan. Manurut Les Robinson, mengubah
pendangan serta perilaku masyarakat lebih dari sekedar membangun kesadaran.
Landasan mengubah masyarakat adalah dengan menanggulangi hambatan. Menurut Dr.
Linda D. Ibrahim, sosiolog dan narasumber ahli dari Universitas Indonesia
memperkuat pemahaman ini.
Sebagai besar masyarakat termasuk
pekerja social dan organisasi nirlaba menganggap dunia atau sektero social
berseberangan dengan dunia komersial apalagi bidang pemasaran (marketing).Menarik
diketahui bahwa ada kaitan erat antara dunia pemasaran dan oraganisasi
nirlaba.Dalam hai ini pemasaran social atau social marketing. Untuk menyakinkan
hal ini sejumlah pakar pun angkat bicara dalam penyelenggaraan seminar
“strategi social marketing bagi keberlanjutan organisasi Nirlaba” yang
diselenggarakan Sosial Development institute bersama Prakarsa penguatan
Filantropi dan Ford Foudation. Untuk memahi lebih dahulu, pengertian dari
organisasi nirlaba, pemasaran secara umum dan pemasaran social.
a. Organisasi
nirlaba (non-profit)
Organisasi
nirlaba adalah lembaga kemasyarakatan dari pemberi jasa tertentu sampai
memperjuangkan isu tunggal tanpa memperhitungkan imbalan laba.Prinsip kerjanya
membangun jejaring kerjasama antarsesama.Dalam menjalani program-programnya,
organisasi nirlaba memperoleh sumbangan dari luar dan dalam negeri.Organisasi
semacam ini pada dasarnya merupakan articulator aspirasi serta membangun
keberdayaan masyarakat dari bawah.
b. Marketing
(pemasaran)
Philip
kottler, ahli pemasaran asal amerika serikat, mendefinisikan istilah
“pemasaran” secara umum sebagai “upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia melalui kegiatan tukar-menukar atau jual- beli.Pemasaran adalah sebuah
rangkaian kegiatan yang dimanfaatkan untuk memperoleh perhatian dari pembeli
potensial, memotifasi calon pembeli agar membeli, mendapatkan mereka untuk
sungguh membeli, dan berusaha mengajak mereka membeli dan membeli lagi. Tetapi
ada juga yang mendefinisikan pemasaran sebagai cara pihak yang menjual sesuatu
dalam mendefinisikan/ menjelaskan, mempromosikan, dan mendistribusikan produk
serta memelihara hubungan dengan pembeli dan calon pembeli. Menurut ahli
pemasaran Indonesia, hermawan kertajaya, pada prinsipnya marketing adalah
sesuatu yang sangat sederhana.Yaitu, seni “menjual” diri (selling self) atau
organisasi. Apabila seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip- prinsip:
promosi tanpa memaksa, memahami dan menerapkan positioning secara tepat,
memahami branding dan diferensiasi berarti orang atau lembaga tersebut telah
memperaktikan marketing. ( lihat boks “Dasar- dasar marketing”).
c. Dasar-
dasar marketing
Dasar-
dasar marketing di kenal sebagai “ 4 P” dalam bahasa inggris. Setiap “P”
berkontribusi terhadap marketing mix, sebuah “formula” dalam menjalankan stategi
pemasaran. Berikut ini adalah penjabarannya:
1.
Produk
Barang atau jasa pelayanan yang ditawarkan kepada calon pembeli
atau pelanggan.Ada beberapa hal berkaitan dengan produk yang selalu perlu di
evaluasi oleh penjual atau pemberi rasa.
2.
Pricing
Harga/ nilai produk atau layanan
3.
Place ( tempat)
Tempat, lopkasi atau saluran distribusi adalah cara menyediakan
produk untuk konsumen.
4.
Promosi
Adalah gabungan atau mix dari periklanan, penjualan pribadi,
promosi penjualan dan kehumasan yang digunakan perusahaan untuk mendukung
tujuan- tujuan periklanan dan marketing.
B. Kesehatan
Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan
batasan : kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Hal ini
berarti kesehatan seseorang tidak hanya di ukur dari produktivitasnya dalam
arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi.
Kesehatan adalah suatu hal yang kontinu, yang berada
dari titik ujung sehat wal’afiat sampai dengan pangkal sakit serius.
Fashel dan Bush (1970) mendasarkan uraiannya pada definisi Parson menjabar
kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan, diantaranya :
- Well being (sehat sempurna): sehat fisik, mental, sosial, dan ekonomi.
- Dissatisfaction (kurang memuaskan) : karies gig.
- Discomfort (tidak nyaman) : aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan walaupun beberapa gejala mulai tampak.
- Minor disability (ketidakmampuan minor) : aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan namun berkurang secara bermakna karena adanya gangguan kesehatan.
C. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.Upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek,
yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu
aspek kuratif, (pengobatan penyakit), dan aspek rehabilitatif (
pemulihan),sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek, yaitu
aspek preventif (pencegahan penyakit), dan aspek promotif (peningkatan
kesehatan itu sendiri).
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan
dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan.Jadi sarana
kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan, pada umumnya dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
- Sarana pemeliharaan kesehatan primer (primery care), yaitu sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana ini adalah sarana yang paling dekat dengan masyarakat. Misalnya puskesmas, poliklinik, dsb.
- Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care) yaitu, sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari sarana yankes primer. Misalnya, puskesmas dengan rawat inap, rumah sakit tipe D dan C, dan rumah bersalin.
- sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary care) yaitu sarana yanke rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat di tangani oleh sarana yankes primer dan sekunder. Misalnya, rumah sakit tipe B dan A.
D. Kesehatan Masyarakat
Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat,
membuat batasan yang sampai sekarang masih relevan, yaitu : kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan
meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
- perbaikan sanitasi lingkungan
- pembersihan penyakit-penyakit menular
- pendidikan untuk kebersihan perorangan (personal hygiene)
- pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan, dan
- pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan hidupnya yang layak dalam memelihara kesehatannya.
E. Peranan Pendidikan
Kesehatan Dalam Kesehatan Masyarakat
Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok maupun masyarakat, dikelonpokkan
menjadi 4 (Blum, 1974). Berdasarkan urutan besarnya (pengaruh) terhadap
kesehatan tersebut adalah sbb:
1.
Genetik (Keturunan), dalam teori blum secara umum dijabarkan, bahwa
keturunan adalah salah satu faktor terjadinya suatu penyakit. Faktor ini
merupakan faktor yang sukar untuk rubah, lain halnya dengan 3 faktor penyebab
yang lainnya. Contohnya, jika dalam suatu keluarga, jika orang tua terdeteksi
mengidap penyakit Diabetes, maka keturunannya beresiko 6 kali lebih beresiko
dibanding dengan mereka yang orang
tuanya tidak mengidap penyakit diabetes.
2.
Kebiasaan, banyak orang berpendapat, bahwa kebiasaan seseorang atau suatu
kelompok sukar untuk diubah tanpa ada kesadaran dari orang atau kelompok itu
sendiri. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Blum dalam teorinya yaitu
kebiasaan seseorang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
suatu kejadian penyakit. Contohnya, orang yang punya kebiasaan merokok sangat
beresiko besar terkena kangker paru-paru.
3.
Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
ekonomi dan sebagainya. Contohnya telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan
yang di bangun oleh instansi baik pemerintah, swasta,
maupun LSM namun kurang/tidak di manfaatkan dan dipelihara
sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan
dipelihara secara optimal maka perlu di tanamkan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat.
4.
Pelayanan Kesehatan, salah satu faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung merupakan faktor pendukung terjadinya suatu kejadian penyakit. Kurang
baiknya pelayanan kesehatan disuatu tempat dapat mengakibatkan pelayanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat terhambat, sehingga bermuara pada angka kejadian
penyakit di daerah tersebut semakin tinggi. Sebagai contoh, di pulau Saponda
mempunyai polindes, namun polindes yang telah disediakan oleh pemerintah jarang
di buka dengan alasan susahnya akomodasi menuju tempat tersebut, dan akibat
dari hal tersebut adalah apabila terjadi suatu penyakit di daerah tersebut,
masyarakatnya bersikap apatis dan hanya berkata “akh… nda apa-apa jhy, penyakit
biasa itu”, dengan pola pikir seperti itu, masyarakat tidak terlalu
memperhatikan pentingnya kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pemasaran social dengan kesehatan
masyarakat, sangatlah erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya.Seperti
dikatakan diatas, bahwa kesehatan merupakan kebutuhan dasar
masyarakat.Kesehatan bukan segalanya, namun tanpa kesehatan segalanya bukan
apa-apa, sebuah perumpamaan yang sangat dilematis.Sama halnya dengan pemasaran
social, suatu metode memasarkan atau mempromosikan suatu barang berupa ide dan
pikiran yang bertujuan untuk merubah prilaku masyarakat, sehingga menjadi lebih
sadar bahwa kesehatan itu penting. Dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan,
maka kesehatan menjadi sesuatu yang pertama dan utama. Dan pandangan serta
prinsip masyarakat berubah dari apatis, menjadi partisipatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar